Budak Nafsu
Berinbu-ribu sel menyesaki tubuh manusia
Mengalir bagai sawah di penuhi selokan air-air kehidupan
Dagingpun dengan leluasa berkilaran
Mengelilingi tulang-belulang kematian
Menanti tabir nasib keabadian
Dengan kehancuran kemolekan tubuh
Semua itupun tak berarti
Tegak energisitas membasahi
Tusukan-tusukan makna akan arti kealpaan
Tatapan kekosongan terhadap apa yang di sebut hati nurani
Diapun di berangus sekian rupa
Membutakan setiap tamaram hati
Kabut pun bertaburan-berkerjaran
Melingkupi semesta kehidupan
Di ruang sudut-sudut pojok
Di bilik penjuru dunia
Menari di kegelapan siang
Mengikuti irama nyanyian longlongan serigala
Haus akan darah nafsu kebinatangan
Koraban pun dari kita
Terus menambah pundi-pundi keganasan-nya
Tak satupun yang mampu
Kecuali atas kehendak- sang pencipta
Kamis, 17 Juli 200
Catatan di Siang Bolong
Mataku menatap sinis keluar jendela
Mengamati terik mentari di siang bolong
Terasa panas menyanyat mata dan kulit
Akupun tak kuasa, akhirnya aku mengalah akan kebesaran-Nya
Bibirpun tanpa terasa, terucap kata mulya
“Maha besar ” terucap dalam bisingan angin sepoi-sepoi
Di tengah kebisingan dunia
Dan kicauan burung semakin menambah
Kemantapan hati, sungguh di tengah itu
Sunyi, senyap tuk selalu bertasbih pada-Nya
Di luar dukaan akal dan fikiran
Hati nurani, entah aku tak tahu hati apa itu
Berdzikir tiada henti, terus meminta
Dan memohon kealpaan badan
Tuk ikut berkreasi dengan-Nya
Sampai kapanpun badan tidaklah
Pencarian spritualitas hat, ia tercipta
Hanya sebatas melengkapi kerja nyata hati
Tapi dengan jasa itulah badanpun tak tergantikan
Balas jasanya terhadap bentuk apapun jua
Sungguh hati nurani banyak berhutang budi padinya
Maka terciptalah surga sebagai pembalas kebaikannya
Merekapun ikut tercipta karena kelalainnya.
Pukul 13: 00 17 Juli 2008
MELENGKAPI CERITA SIANG
Aku langkahi selangkah perjalanan hidup dengan sejuta warna, mewarnai lorong-lorong perjalanan dua dimensi badan dan batin – membiasi alam sekitar dengan sejuta percikan kedamaian hati, mengarungi lautan dan darat. Tanpa kusadari pada hari itu ku injkkan kakiku di atas bumi annuqayah, yang akan selalu terkenang dalam memeoriku – bahkan sepanjang hidupuku terheran- heran tak percaya akan kehadiranku di pondok pesantren annuqayah latee yang di ampu K.H Tuan Ahmad
Seiring bergesernya waktu merubah segala sisi-sisi kehidupan, termasuk perubahan itu ada dalam diriku untuk selalu menyadari akan kehadiranNya, memperkuat identitas manusia taqwa. Ku beranikan diri menyapa pahitnya kehidupan dengan mendaftarkan diri untuk menjadi murid (santri) K ahmad basyir AS. Akhirnya aku resmi mengabdidi pondok pesantren K. tuan begitulah semua teman-teman santri menyebut beliau, sebuah sebutan menghormati bagi sosok yang memmpunyai kharismatik tinggi. Sudah tiga tahun lebih, aku tinggal di pesantren ini yang kurang lebih sama dengan awal kedatangankuy –tak sekadar sosok yang di liputi keterbelengguan fikiran akan hati yang pesimistis terhadap makna hidup
Kutapaki segala arah kebimbangan dengan sejuta ketidak pastian. Mungkinkah aku termasuk sosok serius di atas makna ketidak seriusan, sehingga aku tak bisa menyadari kehadirannku di tengah-tengah beragamnya kehidupan. Kurtak bisa menyerap secara sempurnan makan segalanay. Semua itu terhijab dengan ketidak jelasan memahami hakikat kehidupan. Kuterus tapaki kerasnya kehidupan walau sejuta halangan rintangan mengahantam menusuk nusuk jiwaku hampir tercabik cabik seiirng perputaran waktu-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------makanailah kalimat garis itu sebagai jeritan panjang akan keperihan hati :”Ya Allah” aku harus bagaimana bahkan saat ini kutak mengerti akan diriku sendiri. Ya Allah sungguh aku bingung dan tak paham segalanya. Kutalk mngerti akan kehendakku. Aku pengen menangis sekeras mungkin hingga aku merasa puas melampiaskan hasrat kepuasan dan pentyeslaan sedemikai rupa. Tapi aku malu padahal kepedihan itu sangatlah terasa --------ku tak pernah paham akan segalanya – akulah yang paling tidak mengerti segalanya.
Bersambung………….!
Seiring waktu terus berjalan keburaman terus menjadi bergentanyangan mengahtui setiap detik anfas jiwa manusia